Rabu, 21 Oktober 2015

PENGARUH ALIRAN CASH FLOW TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN DOLAR

Nilai Kurs Mata Uang dan Kinerja Bursa
KENAIKAN kinerja Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada hari penutupan bursa pekan lalu, sedikit melegakan para pelaku pasar. Kenaikan itu terjadi saat kondisi dan faktor pengaruh, seperti suku bunga dan kurs mata uang tidak pada posisi yang kondisional. Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik menjadi 8,25 persen. Posisi kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS melemah pada kisaran Rp 9.700 sampai Rp 9.800 per dolar AS.
Transaksi perdagangan pada akhir pekan lalu masih cukup bergairah yang ditandai dengan total nilai transaksi hampir 1 triliun rupiah per hari. Investor asing terlihat lebih banyak bersikap wait and see dan transaksi lebih didominasi investor lokal. Jumlah dan nilai transaksi dari investor asing sekitar 30 persen, sedangkan investor domestik 70 persen.
Telaah teori mengungkapkan dua model yang berkaitan dengan hubungan antara kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing dengan kinerja bursa, yaitu model flow oriented dan model stock - oriented. Model flow - oriented (Dombusch dan Fischer) mengungkapkan, perubahan nilai tukar mempunyai aliran terhadap perubahan neraca perdagangan, pendapatan dan lebih lanjut ke harga saham di bursa efek. Perubahan itu lebih lanjut akan berpengaruh terhadap permintaan uang dan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Model Stock - oriented (Branson, Frankel) dikatakan sebagai model yang dinamis. Ekspektasi atau prediksi nilai uang masa yang akan datang merupakan dasar pertimbangan harga saham saat ini. Nilai suatu saham hakikatnya merupakan nilai sekarang (present value) dari cash flow perusahaan di masa mendatang. Bila nilai tukar mata uang masa depan diprediksi baik, maka cash flow perusahaan akan cenderung baik dan lebih lanjut harga sahamnya di bursa juga baik.
Penelitian empiris pengaruh dari perubahan nilai tukar mata uang terhadap kinerja saham di bursa menunjukkan hasil beragam. Pada bursa efek yang sudah maju (developing market) umumnya terdapat korelasi negatif signifikan antara kurs mata uang dengan kinerja bursa. Bila kurs mata uang dalam negeri melemah atau nilai dolar naik, maka kinerja saham di bursa efek dalam negeri akan melemah.
Nilai tukar yang digunakan untuk translasi aset dan kewajiban moneter yang didenominasikan dalam mata uang asing adalah nilai beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters pada tahun 2007, 2008 and 2009. Nilai tukar untuk beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters untuk aset dan kewajiban moneter masing – masing sebesar Rp9.389 dan Rp9.399 per Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2007, Rp10.850 dan Rp10.950 per Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2008 dan Rp9.420 dan Rp9.430 per Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2009.
Penyajian laporan keuangan konsolidasian dinyatakan dalam Rupiah. Translasi Rupiah ke dalam Dolar AS dimaksudkan demi kemudahan dalam membaca dan dikonversikan menggunakan nilai tukar rata-rata beli dan jual Rp9.425 per Dolar AS seperti yang dipublikasikan oleh Reuters pada tanggal 31 Desember 2009.
Pada tanggal 8 April 2010, nilai tukar beli dan jual Dolar AS berdasarkan Reuters masing-masing sebesar Rp9.035 dan Rp9.065 per Dolar AS.
Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika. Dalam Kurs valuta asing nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya, adalah sebagai indicator utama untuk melihat tingkat kestabilan perekonomian suatu negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil, maka perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Jadi, dalam kajian makalah ini saya membahas tentang “ Pengaruh tingkat inflasi, tingkat Suku Bunga (BI Rate)Terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dolar Amerika Periode 2009-2013” bertujuan untuk mencari dan mengetahui apakah pengaruh dan factor-faktor mendasar dari tingkat inflasi terhadap nilai tukar rupiah dolar amerika dan tingkat suku bunga  Efek (BI rate) terhadap nilai tukar rupiah dolar Amerika Serikat,  hasil dari analisis yang saya cari menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Gerakan tukar rupiah dolar Amerika (USD / IDR). Di sisi lain, tingkat suku bunga berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai tukar (USD / IDR). Kenapa bisa terjadi demikian, karena dari hasil yang saya cari dan ketahui bahwa jika tingkat BI rate mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD/IDR akan menurun. Selain itu, pertumbuhan ekonomi setiap negara maju dan berkembang semakin pesat dan banyaknya perusahan-perusahan yang memiliki aktiva yang sangat besar maka melindungi nilai terhadap aktiva menjadi kebutuhan perusahaan maupun suatu negara dalam melindungi aktivanya.

SUMBER :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar