Kelaparan Dalam Angka
Barangkali memang tak mudah untuk mencari
korelasinya. Yang saya tahu, Indonesia pada Sabtu 15 Juni 2013 lalu menerima
penghargaan yang cukup prestisius dari badan pangan dunia, Food Agricultural
Organization (FAO). Penghargaan itu
diberikan di Roma, Italia. Indonesia, menurut FAO, pantas mendapat penghargaan
karena negeri tropis ini dinilai berhasil mengatasi bahaya kelaparan.
Indonesia
berhasil menurunkan tingkat kelaparan 19,9 persen pada periode 1990-1992
menjadi 8,6 persen pada 2010-2012. Pada 1990, ada 37 juta orang yang kelaparan
dan pada 2012 angka kelaparan di Indonesia tercatat 21 juta orang. Di tingkat
dunia, menurut catatan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), masih ada sekitar 870
juta masyarakat yang masih kelaparan.
Dari
192 negara di dunia, negeri ini menjadi salah satu dari 35 negara yang juga
mendapatkan penghargaan serupa. Tentu ini menjadi sebuah kehormatan dan menjadi
salah satu capaian penting bagi perjalanan bangsa ini. Di negeri tropis yang
sinar matahari dan hujan senantiasa tersedia sepanjang tahun, memang sudah
sepatutnya Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat.
Modal
dasar alam demi menunjang ketahanan pangan, praktis tersedia melimpah. Gunung dengan hutan yang
lebat, tersebar di mana-mana. Sungai yang luas dan lebar, mengalir dari hulu ke
hilir. Sawah dan ladang terhampar di hampir seluruh pelosok negeri. Untuk
urusan pertanian, nyaris tak ada yang tak disediakan alam untuk penduduk negeri
ini.
Rekor Produksi Padi
Saya kemudian meng-input beras dan tampil
13,400,000 results (0.37 seconds). Selanjutnya, saya meng-input nasi dan tampil
66,300,000 results (0.26 seconds). Rupanya, content tentang dan terkait nasi
jauh lebih banyak dibandingkan dengan beras di dunia google.
Beras - About 13,400,000 results (0.37
seconds)
Pangan - About 15,900,000 results (0.31
seconds)
Makanan - About 36,300,000 results (0.56
seconds)
Nasi - About 66,300,000 results (0.26
seconds)
Rice - About 269,000,000 results (0.27
seconds)
Food - About 2,060,000,000 results (0.51
seconds)
|
Beras
dan nasi, bagaimanapun juga merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk
negeri ini. Sebagaimana kita tahu, beras berasal dari padi yang dihasilkan petani
dari sawah. Yang bertani dan menghasilkan padi, tentu bukan hanya kita.
Sebagian penduduk di negara-negara tetangga kita juga bertani dan menghasilkan
padi.Dengan hamparan sawah yang luas, seharusnya negeri ini senantiasa surplus
padi dan surplus beras.
Tapi, nyatanya, tidak demikian. Indonesia
terkenal sebagai negara pengimpor beras. Badan Urusan Logistik atau
disingkat Bulog adalah institusi yang mengurus urusan beras ini. Seharusnya,
karena beras adalah makanan pokok rakyat, kebutuhan harian rakyat, Bulog
hendaknya tampil paling depan untuk membela kepentingan rakyat. Pada
kenyataannya, justru sebaliknya, sejumlah pimpinan Bulog justru menjadikan
Bulog sebagai sawah-ladang mereka, sebagai lahan korupsi mereka. Bukan
mengutamakan rakyat.
Ini terbukti dengan tersangkutnya beberapa
kepala Bulog dengan masalah hukum. Antara lain, Rahardi Ramelan (1998-2001)
terjerat dana nonbujeter Rp 54,6 miliar. Beddu Amang (1993-1998) karena skandal
impor pakan ternak senilai Rp 841 miliar pada tahun 1997. Bustanil Arifin
(1988-1993) karena korupsi dan mark up dana Bulog senilai Rp
10 miliar. Widjanarko Puspoyo (2003-2007) karena korupsi dalam ekspor beras
Bulog ke Afrika Selatan dan penerimaan hadiah dari rekanan Bulog.
Perilaku sejumlah petinggi Bulog itu tentu
saja sangat merugikan rakyat dan bukan tak mungkin akan menambah jumlah
penduduk yang kelaparan. Namun, syukurlah, ada kabar gembira tentang
peningkatan produksi padi, sebagaimana diberitakan tempo.co, Rabu,
01 Mei 2013 | 14:43 WIB, Indonesia Catat Rekor Produksi Padi:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa mencatat bahwa Indonesia mencapai rekor terbaru panen padi di
Indonesia pada kuartal satu tahun 2013. Volume panen padi saat ini mencapai
72,1 juta metrik ton atau meningkat 4,4 persen dibandingkan tahun lalu, yang
sebanyak 69,05 juta metrik ton.
Impor padi pada musim
20013-2014 turun menjadi 9,4 juta ton dari sebelumnya 9,8 juta ton. Harga untuk
beras berkualitas menengah domestik mengalami kenaikan, lalu kembali turun pada
bulan berikutnya.
Ledakan Mulut Menganga
Penghargaan
FAO dan rekor produksi padi, agaknya tak mudah untuk dipertahankan. Apalagi
dengan tingkat pertumbuhan pejabat yang korupsi di berbagai lini. Bukan hanya
jumlah pejabat korupsi yang meningkat, nominal yang mereka korupsi juga
cenderung naik. Bahkan, para penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum,
justru menjadi biang dari sejumlah tindak korupsi. Boleh jadi, sejumlah pejabat
yang korupsi, terhindar dari kelaparan. Sebaliknya, jumlah rakyat yang
kelaparan akan terus bertambah sebagai akibat langsung dan tak langsung dari
tindak korupsi para pejabat tersebut.
Faktor
lain yang juga akan menambah jumlah penduduk yang kelaparan adalah pertumbuhan
penduduk itu sendiri. Ketersediaan pangan dengan jumlah mulut yang menganga
minta makan menjadi tidak seimbang. Ditambah lagi dengan harga pangan yang
terus membubung, sementara daya beli masyarakat tak cukup untuk menjangkaunya.
Rentetan faktor yang relevan dengan naik-turunnya jumlah penduduk yang
kelaparan ini, bisa terus bertambah seiring dengan rendahnya perhatian
penyelenggara negara terhadap masalah kependudukan.
Siti
Zuhro, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam seminar Kependudukan
vs Politik, di Jakarta, Kamis, 01 Agustus 2013, menilai, isu kependudukan
kurang sexy dan tidak menjual secara politik. Sosiolog dari Universitas
Indonesia, Imam Prasodjo, menilai politisi Indonesia cenderung gemar menggeluti
isu jangka pendek yang lebih cepat kelihatan hasilnya sehingga menguntungkan
secara politik bagi dirinya. Penilaian Siti Zuhro dan Imam Prasodjo tersebut,
setidaknya menjadi indikasi betapa masalah kependudukan tidak mendapat
perhatian yang cukup dari penyelenggara negara ini.
Sebagai
penutup catatan ini, saya kutipkan content dari poskota.co.id,
Rabu, 16 November 2011, 19:11 WIB, Tahun 2045 Penduduk Indonesia 450
Juta:
Ledakan penduduk Indonesia
yang kini mencapai 242 juta jiwa merupakan tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, masyarakat, dan swasta. Jika laju pertambahan penduduk yang
rata-rata 3,5 juta-4 juta per tahun tidak segera ditekan, diprediksi pada 2045
jumlah penduduk Indonesia mencapai 450 juta jiwa. Dengan asumsi populasi bumi 9
miliar jiwa pada saat itu, berarti 1 dari 20 penduduk dunia adalah orang
Indonesia. Apa yang terjadi dengan Indonesia pada 2045, ketika 1 dari 20
penduduk dunia adalah orang Indonesia? Jawabnya: Indonesia akan menjadi negeri kelaparan
Sumber :
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/08/18/kelaparan-dan-ledakan-penduduk-584622.html